Desa Trunyan ialah salah satunya desa paling tua di Bali yang mempunyai kebiasaan unik. Kebiasaan itu ialah kebiasaan menempatkan jenazah dalam suatu anyaman bambu. Namanya ialah Seme Wayah. Tidak seperti jenazah biasanya yang dikubur atau dibakar, jenazah di desa Trunyan ini diperlakukan serupa dengan kebiasaan suku Toraja, yakni cuma ditempatkan demikian saja serta dilewatkan membusuk dengan sendirinya.
Read : Danau Batur Kintamani
Tempat object wisata kuburan Desa Trunyan berjarak seputar enam puluh km. dari Kota Denpasar. Kuburan Desa Trunyan adalah satu komplek pemakaman yang mempunyai sebelas Acak Cakti atau pelindung mayat yang cuma digeletakkan demikian saja. Dalam tempat ini, tumbuh pohon Taru Menyan atau pohon Menyan yang dapat menetralkan berbau mayat. Serta memang dalam tempat ini benar-benar tidak tercium terdapatnya berbau busuk mayat. Nama Trunyan sendiri pun datang dari nama pohon itu.
Read : Pantai Tegal Wangi
Di tempat pekuburan, ada tiga grup kuburan yang diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan Desa Trunyan, yakni menurut usia jenazah, keutuhan jasad, serta langkah penguburuan. Grup yang pertama dimaksud setra wayah yang disebut tempat pemakaman yang dipandang sangat suci serta terbaik sebab berisi jenazah yang jasadnya masih tetap utuh, tidak cacat, serta jenazah yang wafat dengan lumrah, bukan sebab kecelakaan, bunuh diri atau dibunuh.
Reda : Piknik Asyik di Bukit Asah
Grup yang ke-2 dimaksud kuburan muda yang memang ditujukan spesial untuk tempatkan jasad bayi serta orang dewasa yang belumlah menikah, serta masih dengan prasyarat jenazahnya mesti utuh serta tidak cacat. Sesaat grup yang ke-3 dimaksud setra bantas, spesial untuk jenazah yang tidak utuh serta yang wafat dengan tidak lumrah, contohnya sebab kecelakaan serta bunuh diri.
Baca Juga :
Rental Sewa Mobil Di Bali
Rental Sewa Motor Di Bali
Paket Wisata Sumba
Best Bali Car Rental 2020
Jasa SEO Murah Indonesia